Senin, 29 Februari 2016

15 Perilaku Seorang Pemimpin Besar yang Bisa Ditiru

Seorang pemimpin yang besar memiliki tekad dan visi yang besar pula. Sekalipun mereka bersemangat untuk mencapai tujuan dan mimpi, mereka tetap rendah hati tentang hal itu. Itulah yang semakin membuat mereka menjadi seorang pemimpin besar. Bukan lagi diukur dari seberapa besar perusahaan yang dikelola, seberasa banyak karyawan yang dinaunginya dan severapa kayanya mereka. Bahkan seornag pemimpin besar biasanya hidup dalam kesederhanaan, karena mereka berorientasi untuk menjadi bermanfaat untuk orang lain buat mencari keuntungan bagi diri sendiri. Dan berikut ini adalah 15 perilaku dan sifat seorang pemimpin besar yang bisa kita contoh:

1. Seorang pemimpin itu harus terus belajar.

ʹ Tidak ada kata puas untuk sebuah ilmu, itu artinya kita harus terus belajar. Begitu juga dengan seorang pemimpin besar. Mereka akan membagi waktu untuk lebih akrab dengan ilmu – ilmu baru, bai pada bisnis mereka ataupun yang lainnya. Mereka memahami bahwa belajar adalah cara terbaik untuk keluar dari setiap masalah apapun. Melalui pembelajaran yang konsisten, mereka memiliki kepercayaan diri untuk mencoba banyak hal baru.

2. Mendengarkan dengan seksama adalah kunci memahami.

ʹ Seorang pemimpin yang besar bukan hanya harus pandai mendengarkan apa yang diinginkan oleh pelanggan mereka, tapi juga dengan apa yang dibutuhkan oleh karyawan mereka. Secara tidak langsung karyawan berperan cukup besar dalam kesuksesan penjualan dan bisnis yang mereka jalani. Mendengarkan setiap keluh kesah, kritik dan saran serta mendengarkan apa yang mereka impikan adalah kunci dari kesuksesan seorang pemimpin yang besar. Bukan hanya pandai memimpin dan mengatur, mereka harus lebih pandai untuk mendengar.

3. Memiliki kemampuan untuk memandang masalah dari perspektif orang lain.

ʹ Sesungguhnya seorang pemimpin besar harus memiliki kemampuan untuk melihat masalah melampaui kepentingan mereka sendiri. Dan mereka harus bisa melihat masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda – beda. Ketika sudah begitu, mereka akan dengan mudah menilai situasi dan menentukan langkah apa yang akan diambil untuk menyelesaikan sebuah masalah yang dihadapi.

4. Seorang pemimpin harus bisa melihat gambaran besar dari sebuah masalah.

ʹ Dengan memahami seluruh tujuan dari perusahaan, mereka akan mampu membagi waktu untuk kegiatan organisasi. Seorang pemimpin akan menghilangkan tugas yang tidak perlu mereka lakukan sendiri, dan lebih efektif untuk mendelegasikan itu kepada orang lain.

5. Pemimpin besar selalu belajar dari setiap pengalaman.

ʹ Tidak ada pemimpin besar yang lahir secara instan. Ada banyak materi yang harus mereka pelajari, ada banyak pengalaman yang harus mereka lalui. Sukses bahkan merugi adalah hal yang wajar. Pemimpin yang besar harus bisa menjadikan pengalaman sebagai guru yang paling berharga. Tujuannya agar ia kuat untuk melangkah mencapai mimpi mereka.

6. Mereka secara konsisten akan memperluas dunia mereka.

ʹ Bukan hanya dengan ilmu yang didapatkan dari buku atau pengalaman pribadi, mereka juga harus konsisten belajar menjalin komunikasi atau relasi dengan orang lain. Mereka harus menjalin relasi sebanyak mungkin dengan orang lain. Menjalin kerjasama dengan perusahaan lain, menciptakan komunitas atau turut serta dalam pengurusan beberapa komunitas yang mengaitkan banyak orang di dalamnya.

7. Mereka tahu bagaimana mendapatkan fokus berfikir.

ʹ Mereka juga harus pandai menghapus segala hal yang mengganggu dan mengacaukan fokus fikiran mereka. Pemimpin memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi untuk waktu yang lama, sehingga mereka dapat berkonsentrasi berfikir dengan jernih.

8. Pemimpin besar akan melihat masalah sebagai tantangan yang harus diatasi.

ʹ Seorang pemimpin besar tidak akan menyalahkan siapapun ketika mereka mendapatkan sebuah masalah. Mereka akan berfikir dan segera bertindak untuk mengatasinya. Mereka akan berfikir bahwa masalah itu adalah sebuah tantangan yang harus dilalui bukan dihindari.

9. Selalu efektif berurusan dengan ketidaksetujuan.

ʹ Pemimpin tidak harus selalu berkata setuju bagi mereka yang bersifat mempengaruhi apa yang mereka lakukan. Ini juga membuat mereka tidak terus berharap bahwa apa yang mereka inginkan akan dengan mudah mereka dapatkan.

10. Mereka akan terus berusaha meningkatkan kualitas bawahan mereka.

ʹ Mereka yang merasa sebagai seorang pemimpin besar akan terus memantau, mendukung dan mengarahkan bawahan untuk mencapai kesuksesan. Pemimpin tanpa henti akan meningkatkan kualitas tim mereka. Mereka akan rutin mengevaluasi, melatih dan membangun kepercayaan diri bawahan.

11. Yang jelas mereka harus memiliki visi.

ʹ Yang paling penting adalah seorang pemimpin besar adalah mereka yang memiliki visi yang jelas. Ketika visi yang diemban sudah jelas, mereka akan bekerja dengan profesional dan memberikan yang terbaik, bukan untuk diri mereka sendiri tapi juga untuk orang lain. Mereka tidak akan gentar jika mengalami kegagalan.

12. Dan mereka harus memiliki rasa percaya diri.

ʹ Pemimpin besar harus memiliki rasa percaya diri dan keyakinan yang besar. Mereka harus yakin bahwa mereka bisa dan sanggup melakukan segala tugas seorang pemimpin. Mereka harus berani untuk bertindak secara cepat dan tegas.

13. Pemimpin besar memiliki kemampuan untuk memberi energi bagi orang lain.

ʹ Mereka juga harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, yang jelas mempengaruhi ke arah yang baik. Memotivasi karyawan dengan perkataan dan juga contoh perbuatan mereka. Mereka juga tidak segan mendengar segala keluh kesah karyawan dan juga tidak segan untuk memberi semangat untuk mereka. Pemimpin besar adalah yang bermanfaat untuk orang lain bukan untuk diri mereka sendiri.

14. Memiliki ketahanan yang besar.

ʹ Jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin yang besar, maka Anda harus memiliki ketahanan mental yang kuat. Bukan hanya fisik Anda yang akan diuji, tapi juga mental atau fikiran Anda juga akan diuji. Anda harus kuat dan mampu bertahan saat dihadapkan oleh sebuah masalah. Tidak mundur dan berani melangkah, adalah keharusan bagi Anda.

15. Dan pemimpin besar memiliki semangat untuk setiap pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.

ʹ Dan yang terakhir adalah seorang pemimpin besar harus mampu menyeimbangkan dunia yang mereka miliki. Pekerjaan dan kehidupan pribadi harus berjalan dengan seimbang. Tidak membebani keluarga dengan urusan pekerjaan, dan tidak membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Anda harus adil dan paham bagaimana cara membagi fikiran ke dalam 2 posisi penting tersebut. ʹ ʹ ʹ ʹ


"SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA"

.


TERIMA KASIH

Rabu, 24 Februari 2016

AHMAD NUR AGUNG YACHYA ( TENTANG SAYA )

Saya AHMAD NUR AGUNG YACHYA, Orang-Orang selalu memanggil saya Ahmad atau Agung, Saya Lahir di BANDUNG tanggal 18 MARET 2001 , keyakinan Agama saya Islam (Muslim Sunni) , Alamat Rumah saya di JL. CICUKANG RT/RW 002/008 NO 33 KEL. CISARANTEUN BINAHARAPAN KEC. ARCAMANIK BANDUNG.(yang mau mampir silahkan untuk silaturahmi), kebangsaan saya INDONESIA, Saya seorang PELAJAR DI MTsN 2 BANDUNG. No Handphone saya 0895-3355-73045 (Yg mau sms silahkan tapi yg baik-baik, yg tidak baik maaf tidak melayani meskipun menyamar juga), Email saya nuragungahmad18@gmail.com , pin BBM saya 598E0C3A(yg mau invite silahkan untuk menambah tali silaturahmi, *sewaktu-waktu pin bbm bisa berubah) :D , pendidikan saya Dulu di "SDN SUKAMISKIN" angkatan 2013-2014, sekarang saya di "MTsN 2 BANDUNG", Aktifitas saya di sekolah sekarang menjadi Anggota TIM PEDULI LINGKUNGAN. [Jika ada yg kurang, atau mau bertanya sms saya (no hp saya tertera diatas) atau invite pin BBM saya (pin saya tertera di atas)]. Oyah harapan saya Ingin menjadi "PENDAKWAH"penerus ayah saya.
CUKUP DARI SAYA TERIMA KASIH.

Selasa, 09 Februari 2016

Wirid Imam Al-Ghozali

WIRID IMAM GHOZALI ʹ Senin : Lahaula wala Quwata.. Selasa : sholawat.... Rabu : istighfar.... Kamis : tasbih.... Jum'at : takbir.... Sabtu : tahlil.... Minggu : Ya hayu ya Qoyum... ʹ Masing-masing 1000x

Minggu, 07 Februari 2016

KEWAJIBAN DAKWAH

Kewajiban Berdakwah -Dalil Kewajiban Dakwah Sahabat, pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim. Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104). , “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-Imran : 110). ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ” (QS. An-Nahl :125) . ” Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS.Fushishilat : 33). ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻠِّﻐُﻮﺍ ﻋَﻨِّﻲ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari] ﻣَﻦْ ﺭَﺃَﻯ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣُﻨْﻜَﺮًﺍ ﻓَﻠْﻴُﻐَﻴِّﺮْﻩُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻠِﺴَﺎﻧِﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺿْﻌَﻒُ ﺍﻟْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim] ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﻟَﺎ ﻳُﻌَﺬِّﺏُ ﺍﻟْﻌَﺎﻣَّﺔَ ﺑِﻌَﻤَﻞِ ﺍﻟْﺨَﺎﺻَّﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺮَﻭْﺍ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮَ ﺑَﻴْﻦَ ﻇَﻬْﺮَﺍﻧَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﻫُﻢْ ﻗَﺎﺩِﺭُﻭﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥْ ﻳُﻨْﻜِﺮُﻭﻩُ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻨْﻜِﺮُﻭﻩُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻓَﻌَﻠُﻮﺍ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﺬَّﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﺨَﺎﺻَّﺔَ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻣَّﺔَ “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad] ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻗُﺘَﻴْﺒَﺔُ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰِ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﺄَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﻋَﻦْ ﺣُﺬَﻳْﻔَﺔَ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﻴَﻤَﺎﻥِ ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﺘَﺄْﻣُﺮُﻥَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻟَﺘَﻨْﻬَﻮُﻥَّ ﻋَﻦْ ﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﺃَﻭْ ﻟَﻴُﻮﺷِﻜَﻦَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻥْ ﻳَﺒْﻌَﺚَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻋِﻘَﺎﺑًﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﺛُﻢَّ ﺗَﺪْﻋُﻮﻧَﻪُ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ ﻟَﻜُﻢْ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺑُﻮ ﻋِﻴﺴَﻰ ﻫَﺬَﺍ ﺣَﺪِﻳﺚٌ ﺣَﺴَﻦٌ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻠِﻲُّ ﺑْﻦُ ﺣُﺠْﺮٍ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺇِﺳْﻤَﻌِﻴﻞُ ﺑْﻦُ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ﻋَﻦْ ﻋَﻤْﺮِﻭ ﺑْﻦِ ﺃَﺑِﻲ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺑِﻬَﺬَﺍ ﺍﻟْﺈِﺳْﻨَﺎﺩِ ﻧَﺤْﻮَﻩُ “Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan] Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang meninggalkan dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah WAJIB. -Urgensi Dakwah Pada dasarnya, urgensitas dakwah bagi kehidupan manusia telah digambarkan oleh Rasulullah saw di dalam sebuah haditsnya : ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟﻘَﺎﺋِﻢ ﻋَﻠﻰ ﺣُﺪُﻭﺩِ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺍﻟﺮَﺍﻗِﻊ ﻓِﻴﻬﺎ ﻛَﻤﺜﻞِ ﻗَﻮﻡ ﺍﺷﺘَﻬَﻤُّﻮﺍ ﻋَﻠﻰ ﺳَﻔِﻴﻨَﺔٍ ﻓَﺄﺻَﺎﺏُ ﺑَﻌﻀﻬُﻢ ﺃَﻋْﻼﻫَﺎ ﻭَﺑَﻌْﻀُﻬُﻢ ﺃَﺳْﻔَﻠﻬَﺎ ﻓَﻜﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻓﻲ ﺃَﺳْﻔَﻠِﻬَﺎ ﺍِﺫَﺍ ﺍﺳْﺘَﻘُﻮْﺍ ﻣِﻦ ﺍْﻟﻤﺎَﺀِ ﻣﺮُّﻭْﺍ ﻋَﻠﻰ ﻣَﻦْ ﻓَﻮْﻗﻬُﻢْ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻮْ ﺃَﻧﺎ ﺧَﺮَﻗْﻨَﺎ ﻓﻲ ﻧَﺼِﻴْﺒِﻨَﺎ ﺧَﺮْﻗًﺎ ﻭَﻟَﻢ ﻧُﺆْﺫِ ﻣَﻦْ ﻓَﻮْﻗِﻨﺎ، ﻓَﺈِﻥْ ﺗَﺮَﻛُﻮْﻫُﻢ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭْﺍ ﻫَﻠَﻜُﻮْﺍ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ، ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﺧَﺬُﻭْﺍ ﻋَﻠﻰ ﺃَﻳْﺪِﻳْﻬِﻢْ ﻧَﺠُّﻮْﺍ ﻭَﻧَﺠُّﻮْﺍ ﺟَﻤِﻴْﻌًﺎ “Perumpamaan orang-orang yang mencegah berbuat maksiat dan yang melanggarnya adalah seperti kaum yang menumpang kapal. Sebagian dari mereka berada di bagian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atasnya. Lalu mereka berkata: ‘Andai saja kami lubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami’. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semuanya”. (HR. Bukhari) Di dalam hadits ini, Rasulullah saw mengibaratkan aktivitas dakwah dengan tindakan yang ditujukan untuk mencegah perbuatan melubangi kapal. Jika orang yang berada di bawah kapal hendak mengambil air, tentunya ia harus naik ke atas kapal, baru mengambil air. Namun jika ia hendak mengambil air dengan cara melubangi kapal, tentunya ini akan membahayakan dirinya dan semua orang yang ada di dalam kapal tersebut. Oleh karena itu, tindakan orang yang hendak melubangi kapal wajib dihentikan. Sebab, jika orang itu dibiarkan saja melubangi kapal, niscaya kapal akan karam, dan binasalah orang yang melubangi kapal itu dan semua orang yang ada di atas kapal. Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa dakwah adalah aktivitas yang sangat urgen untuk menyelamatkan kehidupan umat manusia dari kehancuran dan kenistaan. Lebih dari itu, dakwah tidak hanya menyelamatkan orang-orang yang melakukan maksiyat saja, akan tetapi juga akan menghindarkan seluruh ummat manusia dari dampak buruk akibat kemaksiyatan dan kedzaliman. Sebaliknya, jika di tengah-tengah masyarakat sudah tidak ada lagi orang yang mau berdakwah, niscaya kemaksiyatan akan merajalela, para pendzalim akan merajalela, dan Allah swt akan meratakan adzab kepada siapa saja yang ada di masyarakat tersebut. Lebih dari itu, Allah tidak akan menerima doa seseorang hingga di tengah-tengah masyarakat itu dilaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar. Tidak hanya itu saja, jika di tengah-tengah masyarakat sudah tidak ada lagi dakwah, niscaya akan muncul kerusakan (fasad) yang akan menjadi sebab datangnya adzab dari Allah swt. Atas dasar itu, dakwah tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan. Meninggalkan dan mengabaikan aktivitas dakwah, sama artinya dengan meninggalkan kewajiban; dan pelakunya akan dikenai siksa kelak di hari akhir. Ditinjau dari sisi pelaksana dakwah, dakwah dapat dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, dakwah yang dilakukan oleh negara; kedua, dakwah yang dilakukan oleh individu, dan ketiga, dakwah yang dilakukan oleh kelompok (partai). *Dakwah Oleh Negara Dakwah yang dilakukan oleh negara berkisar pada tugas menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan jihad dan dakwah, serta tugas melindungi ‘aqidah umat. Oleh karena itu, dakwah yang dilakukan oleh negara tidak cukup hanya dengan menjalankan diplomasi dan dakwah propaganda belaka, akan tetapi ia juga wajib menyiapkan kekuatan fisik yang ditujukan untuk menghancurkan halangan-halangan fisik yang menghambat masuknya dakwah Islam ke sebuah negara. Selain itu, negara juga bertugas menegakkan peradilan di tengah-tengah masyarakat, dan menghukum siapa saja yang melakukan tindak maksiyat dan dosa. Negara juga berkewajiban melakukan tindakan-tindakan preventif yang ditujukan untuk menangkal dan mencegah terjadinya tindak maksiyat dan dosa. *Dakwah Oleh Partai, Jama’ah, atau Harakah Adapun dalam konteks dakwah berjama’ah; sebuah partai, jama’ah, hizb, atau harakah bertugas untuk melakukan; (1) dakwah menyeru kepada Islam, dan (2) amar ma’ruf dan nahi ‘anil mungkar. Tugas jama’ah dakwah harus dibatasi pada aktivitas-aktivitas semacam ini. Partai berbeda dengan individu dan negara. Oleh karena itu, tugas-tugas dakwah yang hanya dibebankan kepada negara tidak boleh dilaksanakan oleh partai, jama’ah, dan harakah. Demikian juga aktivitas dakwah yang hanya dibebankan kepada individu, maka jama’ah atau partai tidak boleh mengambil alih tugas dakwah tersebut. Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt, “ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran (3) : 104) al-Dlahak berkata, “Mereka itu adalah khusus para shahabat dan khusus para al-ruwah, yakni Mujahidin dan para Ulama”. Abu Ja’far al-Baqir berkata, “Rasulullah saw membaca “wal takum minkum ummatun yad’uuna ila al-khair”, kemudian berkata, “al-khair adalah mengikuti al-Quran dan Sunnahku.” [HR. Ibnu Mardawaih] . (Menurut Ibnu Katsir) Maksud ayat ini adalah hendaknya ada firqah (kelompok) dari umat ini (umat Islam) yang melaksanakan kewajiban tersebut (yad’una ila al-khair wa ya’muruuna bi al-ma’ruf wa yanhauna ‘an al-mungkar), meskipun kewajiban tersebut berlaku untuk setiap individu umat ini; seperti yang telah ditetapkan di dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah, “Siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia ubah dengan tangannya; jika tidak mampu hendaklah ia ubah dengan lisannya, dan jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]. [Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imron:104], Walhasil, Allah swt telah memerintahkan kepada umat Islam agar membentuk kelompok yang tugasnya dakwah kepada Islam, dan amar ma’ruf nahi ‘anil mungkar. *Dakwah Oleh Individu Pada dasarnya, setiap individu Muslim diperintahkan untuk melaksanakan dakwah Islam sesuai dengan kadar kemampuannya. Sebab, setiap individu Muslim adalah mukallaf yang dibebani dengan sejumlah hukum syariat. Diantara hukum syariat yang dibebankan Allah adalah dakwah. Oleh karena itu seorang Muslim wajib mengemban dakwah Islam sesuai dengan batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat. Banyak nash-nash syariat yang menyebutkan kewajiban dakwah bagi setiap individu Mukmin. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah saw bersabda: ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻠِّﻐُﻮﺍ ﻋَﻨِّﻲ ﻭَﻟَﻮْ ﺁﻳَﺔً “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari] ﻣَﻦْ ﺭَﺃَﻯ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻣُﻨْﻜَﺮًﺍ ﻓَﻠْﻴُﻐَﻴِّﺮْﻩُ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻠِﺴَﺎﻧِﻪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻊْ ﻓَﺒِﻘَﻠْﺒِﻪِ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺿْﻌَﻒُ ﺍﻟْﺈِﻳﻤَﺎﻥِ “Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim] Tidak hanya itu saja, seorang Mukmin juga diperintahkan untuk berjihad fi sabilillah, baik dengan harta dan jiwa mereka. Bahkan, ia diperintahkan untuk mendahulukan jihad fi sabilillah di atas aktivitas yang lain. Allah swt berfirman: ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺀَﺍﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﺸِﻴﺮَﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝٌ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮﻫَﺎ ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻪِ ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴﻦَ “Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” [At-Taubah:24]. Al-Quran juga membandingkan perbuatan-perbuatan baik di dalam Islam dengan aktivitas jihad fi sabilillah. Allah swt berfirman: ﺃَﺟَﻌَﻠْﺘُﻢْ ﺳِﻘَﺎﻳَﺔَ ﺍﻟْﺤَﺎﺝِّ ﻭَﻋِﻤَﺎﺭَﺓَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﻛَﻤَﻦْ ﺀَﺍﻣَﻦَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻭَﺟَﺎﻫَﺪَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻮُﻭﻥَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ “Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim.” [At-Taubah:19]. SALAM AHMAD NUR AGUNG YACHYA