// _____/---------'
//__/
#Menghina_atau_Menge
Menghina orang ataupun mengejek-ejeknya adalah haram menurut syara’. Allah telah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain, sebab mungkin sekali mereka yang dihina itu lebih baik dari yang menghina. Dan jangan pula kaum perempuan menghina perempuan yang lain, barangkali mereka yang dihina itu
lebih baik dari mereka yang menghina.” (al-Hujurat: 11)
Yang dimaksudkan dengan penghinaan, ialah memandang rendah atau menjatuhkan taraf orang lain, ataupun mendedahkan segala keaiban-keaiban dan
kekurangan-kekuranga
diri orang lain, atau menjadikannya
sebagai bahan ketawa di mata orang ramai, menghina dan memperkecilkan kedudukannya. Dalam hal ini, Allah telah
mengingatkan kita seperti dalam firmanNya di atas: Mungkin sekali yang dihina itu lebih baik dari yang menghina, yakni jangan kamu merendahkan atau
memperkecilkannya, sebab mana tahu barangkali orang itu lebih mulia dan baik dari kamu.
Dan kelakuan semacam ini, hanya dilarang terhadap orang-orang yang
akan merasa tersinggung hatinya, bila ditujukan penghinaan serupa itu. Tetapi jika orang itu memang bersedia untuk menerima penghinaan, ataupun ia ridho
dijadikan dirinya sebagai bahan ketawa orang, umpamanya ia merasa senang bila diketawakan orang, maka penghinaan yang ditujukan kepadanya itu dikira sebagai senda gurauan saja. Dan mengenai senda
gurauan pula, telah pun dijelaskan hukumnya, mana satu yang dicela atau dilarang, dan mana pula yang dikira baik atau dipuji. Adapun penghinaan yang
diharamkan itu, ialah apabila orang
yang ditujukan penghinaan itu
merasa kurang senang dan akan
menjadi marah, disebabkan dirinya
direndahkan ataupun diejek-ejek
seperti yang sering juga berlaku bila
seseorang mentertawakan
percakapan orang lain kerana
percakapannya salah, atau tidak
teratur, ataupun ia mentertawakan
kelakuannya tunggang balik dan
tidak sempurna, ataupun seperti
mentertawakan ingatannya yang
selalu terlupa, atau terhadap rupa
bentuknya disebabkan ada cacat
padanya. Mentertawakan terhadap
semua hal-hal yang dalam contoh-
contoh di atas adalah terlarang
dalam syara’.
#Melaknat
Melaknat binatang atau benda yang
mati (beku), ataupun melaknat
manusia, semua ini adalah di larang
dan terkira sifat yang tercela dalam
agama. Bersabda Rasulullah s.a.w.:
“Seseorang Mu’min yang sejati,
bukanlah orang yang suka melaknat.”
Pengertian laknat ialah tersingkir
dan terjauh dari rahmat Allah Ta’ala
dan melemparkan laknat ke atas
seseorang itu tidak diharuskan,
kecuali kiranya orang itu memang
mempunyai sifat tersebut, yakni
terjauh dari rahmat Allah
azzawajalla. Terjauh dari rahmat
Allah boleh disebabkan kerana
kekufuran ataupun penganiayaan.
Tetapi melaknat seorang fasik yang
tertentu masih dikira merbahaya
juga, sebaik-baiknya ditinggalkan
saja, meskipun sesudah
kematiannya. Malah lebih-lebih
dilarang lagi jika melemparkan
laknat itu akan menimbulkan
kemarahan dan rasa tidak senang
dari keluarganya yang hidup.
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah
s.a.w. bersabda:
“Jangan sekali-kali kamu memaki-maki orang yang sudah mati, supaya kamu tidak menyakiti hati orang-orang yang hidup.”
Perkara lain yang dikira hampir sama
seperti laknat, ialah mendoakan ke atas seseorang dengan kejahatan (hal-hal yang baik), sekalipun ia seorang yang zalim, maka
mendoakan ke atasnya masih
dilarang juga. Dalam suatu khabar dikatakan, Rasulullah s.a.w. pernah berkata:
“Orang yang teraniaya itu akan
mendoakan ke atas si zalim (yang menganiayai) sehingga Allah membalasnya.”
kitab Ihya Ulumuddin, Imam al- Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar